Rabu, 04 Maret 2009

melawan dengan cara kita sendiri

Ketika teman saya berkoar tentang sebuah pemahaman yang dia pahami tentang bagaimana sebuah pola hidup tatanan masyarakat yang akan menjadi surga bagi semua umat manusia melalui jalan-jalan yang ditetapkan dan perjuangan-perjuangan heroik yang dia sembunyikan dibalik topeng dan masker demonya, dan juga tentang bagaimana bercocok tanam sendiri, menghidupi diri tanpa asupan-asupan dari produk-produk negara kapitalis ataupun negara adidaya. Saya sangat senang sekali mendengar dia berbicara seperti itu, andaikan saya bisa melakukan hal yang dia katakan.
Tetapi, perjuangan yang dia lakukan untuk melawan (apa yang disebutnya) sistem dan pola kehidupan belum tentu dapat dipraktekan oleh orang lain pada umumnya. Contohnya saya, saya belum bisa menjadi seorang yang bercocok tanam untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saya, saya belum bisa untuk tidak berkunjung ke dalam mall, dan saya belum bisa untuk sepenuhnya lepas dari genggaman produk-produk negara kapitalis meskipun saya telah mengurangi konsumsi beberapa produk dari negara adidaya tersebut.
Perjuangan yang kawan-kawan selama ini lakukan terkadang tidak akan bisa dilakukan oleh orang lain, disinilah teori relativitas sosial berlaku. Sudut pandang tiap orang dalam memandang suatu masalah pun akan terlihat amat berbeda, baik cara pandangnya ataupun tingkat pemecahan permasalahannya. Sebagai contoh, mungkin untuk beberapa teman, dengan hanya tidak mengkonsumsi Coca-Cola atau Mc D adalah sebuah tindakan yang revolusioner dan merupakan sebuah upaya yang besar dari dalam diri untuk melawan kapitalisme, tapi menurut beberapa teman-teman yang lain hal itu belumlah cukup jika belum diimbangi dari pola pikir dan tindakannya yang harus selalu kontra produk ataupun pola pikir kapitalis. Menurut beberapa teman, band yang “DIY” adalah band yang tidak pernah manggung di acara sponsor, baik itu sponsor besar atau kecil, sedangkan mungkin bagi band teman yang lain, manggung di tempat bersponsor tidaklah masalah tetapi bandnya selalu membagikan secara gratis album-album mereka...
Yup, inilah kenyataan yang harus dihadapi dengan rasa hormat atas pemikiran dan tindakan yang berbeda dari tiap individu yang ada baik di komunitas ataupun di luar komunitas. Rasa saling menghargai sangat butuh untuk diterapkan di sini. Seseorang yang terlalu merasa bahwa cara dan tindakannyalah yang paling benar hanya akan menimbulkan perpecahan.
Ketika komunitas ini berubah menjadi satu sudut pandang saja, maka komunitas ini tidak akan berbeda dari Akademi Militer yang mewajibkan seluruh anggotanya untuk memandang hal dari satu sudut hukum yang mereka nyatakan “benar”! Begitu juga dengan tulisan saya, mungkin beberapa dari kawan-kawan akan sangat beseberangan dengan saya, tetapi itulah hal yang didapatkan disini, membuka ruang untuk bertemu, berdiskusi dan menambah teman baru lagi.
Jadi, lawanlah dengan caramu sendiri, manfaatkan apa yang kamu punyai dan apa yang kamu mampu dengan pola pikirmu sendiri. Lemparkanlah pasir jika kau genggam pasir, hunuskanlah pedang jika kau menggenggam pedang.