Selasa, 18 Mei 2010

My Best Friend is You - Kate Nash's new album





Link for download:
http://turbobit.net/7quxzbc7sz2p.html

Artist: Kate Nash
Title: My Best Friend Is You
Label: Polydor
Genre / Style: Indie Pop
Release Date: 19.04.2010
Quality: VBR (V0) 226 kbps avg. / 44100 hz / Joint Stereo
Format: Album / mp3
Play Time: 49:26 min
Size: 79,95 MB

Tracklist:



01. Paris [03:04]
02. Kiss That Grrrl [03:41]
03. Don't You Want To Share The Guilt? [05:05]
04. I Just Love You More [03:05]
05. Do-Wah-Doo [02:32]
06. Take Me To A Higher Plane [03:20]
07. I've Got A Secret [02:39]
08. Mansion Song [03:22]
09. Early Christmas Present [03:08]
10. Later On [03:34]
11. Pickpocket [03:21]
12. You Were So Far Away [03:26]
13. I Hate Seagulls [08:50]

Selasa, 08 September 2009

PERTEMANAN ADALAH.....

Dalam sebuah show band kesukaan saya Homicide (RIP), Ucok si vocalis berkata, “ideologi kami bukanlah marxis, komunis, atau anarkis.. ideologi kami adalah pertemanan”, ini membuktikan sejauh mana pertemanan bisa menjadi sangat luar biasa. Cobalah sebut nama orang yang akan kalian telepon setelah orang tua kalian ketika kalian mendapat musibah atau mendapat kebahagiaan, atau bahkan ada yang pertama menghubungi teman lalu setelah itu baru menghubungi orang tua nya. Pertemanan bisa menjadi sebuah alternatif sandaran hidup kita ketika kita jauh dari mereka yang sekandung dengan kita. Untuk para mahasiswa rantauan seperti saya, teman adalah segalanya. Mempunyai banyak teman, berarti mempunyai banyak tempat untuk disinggahi, mempunyai banyak teman untuk dimintai opini atau bahkan untuk diajak sekedar beradu argumen tentang konsep-konsep hidup yang tak sepaham.

Saya membagi 4 wilayah pertemanan saya. Pertama adalah teman kontrakan, disini kami hampir selalu tau kebiasaan buruk dari tiap personalnya, dari mulai mandi yang boros air sampai mereka yang jarang mandi sekalipun. Untuk orang seperti saya yang hanya menghabiskan beberapa jam saja di kontrakan, menjadikan saya seperti terasing dari kabar terbaru yang ada di lingkungan kontrakan. Terkadang saya juga tidak bisa menerima perbedaan yang ada dari bentuk kebiasaan dan jalan hidup teman kontrakan saya, sehingga rasa nyaman bersama teman kontrakan hanya saya beri nilai 6 dari 10 point. Kedua adalah teman kuliah, sebenarnya saya tidak nyaman berada dalam dinamisasi kehidupan teman-teman kuliah saya yang going with the flow, hanya mengikuti arus, ketika dosen saya menyuruh mereka untuk mengebiri dirinya sendiri, mungkin mereka akan melakukannya. Namun, teman kuliah sangatlah berguna untuk menyeimbangkan kehidupan saya. Saya bisa dituntut untuk bertanggung jawab kepada orang tua saya ketika melihat teman-teman kuliah saya yang tersenyum ceria di hari kelulusan mereka. Ketiga adalah teman dari masa lalu yang masih berarti di masa kini, saya mempunyai sahabat-sahabat dari saya SMP sampai SMA, bahkan saya mempunyai teman yang dari SD sampai kuliah kita selalu tergabung dalam lembaga pendidikan yang sama. Akan terasa menyenangkan ketika saya bertemu “orang-orang lawas” itu, meskipun terkadang akan sangat tidak nyaman ketika melihat betapa mereka lebih sukses daripada kita seperti yang tertuang dalam lagunya Morissey “We Hate it When Our Friend Become Succesful”, akuilah itu.

Yang keempat adalah teman komunitas. Ini adalah tempat dimana saya dapat “merajalela”, saya bisa memaksimalkan apa yang saya punya. Saya bisa menadi diri saya sendiri, saya bahkan menemukan tulang rusuk saya di komunitas ini. Ratusan orang dengan pola pikir yang bergaris besar sama meskipun mereka mengekspresikannya dengan cara mereka masing-masing. Disini saya bisa mencari kawan untuk sekedar share atau malah beradu argumen. Teman adalah pengetahuan. Di komunitas ini pula saya membentuk sebuah band dengan orang-orang yang sudah tidak asing lagi bagi saya, meskipun untuk membentuk band itu butuh waktu lama (untuk mendirikan Dead x Alley saya butuh 6-7 bulan perencanaan, Scream Of Oi malah sampe 1 tahun, RPP udah 3 kali berganti nama dan personel baru pada nama ketiga kita bisa jalan, meskipun sekarang vakum karena keadaan.. :p). Waktu yang lama ini dibutuhkan setidaknya untuk menilai karakter tiap orang yang akan kita jadikan teman dalam band kita. Teman dalam band butuh suatu ekstra kenyamanan dan chemistry yang baik, karena menyatukan 2 otak saja sudah sulit, apalagi untuk takaran band yang biasanya mempunyai 3 atau 5 orang personel. Apakah semakin lama kita merencanakan pembentukan sebuah band maka akan semakin baik band itu? Tidak!! Ini sebetulnya sulit untuk diuraikan dengan tulisan. Ini masalah chemistry. Saya tadi malam bertemu dengan seorang teman, kita bukanlah teman yang bertahun-tahun sudah akrab, bahkan saya menjadi lebih mengenal dia ketika dia berpcaran dengan salah satu teman saya. Kami berbincang tentang musik-musik aneh nan rupawan, mulai dari sebangsa sludge, drone, free jazz, hingga doom. Meskipun terkadang saya tidak tahu band-band yang dia sebutkan dan begitu pula sebaliknya, tapi kita justru saling tukar informasi SLAP!!! Hanya dengan 30 menit kita menemukan chemistry nya meskipun kita belum berencana akan membuat sebuah band.Band adalah pertemanan karena kita akan ditemukan dengan orang-orang itu untuk jangka waktu yang tidak sebentar. Ini jelas merupakan counter untuk budaya dari major label yang bisa sekena hati mengambil personel yang mereka anggap mampu tanpa memperhatikan chemistry didalamnya.

Teman adalah mendengarkan. Mendengarkan bahkan untuk sekedar omongan-omongan ringan. Karena ada beberapa tipikal orang seperti saya yang tidak bisa mengungkapkan secara langsung apa yang kita ingin mereka lakukan, karena saya agak risih untuk memberikan nasehat-nasehat dengan cara terlalu frontal, maka saya menyisipkan harapan-harapan saya pada kata-kata saya yang terlampau biasa, melalui bahan-bahan becandaan saya, melalui omongan-omongan ringan karena saya bukan tipikal orang yang frontal ketika berhadapan dengan TEMAN. Itu bisa jadi sifat baik atau malah sifat buruk. Menjadi buruk ketika apa yang kita sampaikan hanya dianggap sebagai omongan sambil lalu. Teman adalah memahami. Cobalah untuk melihat sisi lain dari teman kita. Setiap orang punya ratusan sudut pandang tapi cuman yang merasakanya yang tahu apa yang sebenarnya sedang terjadi. Jangan jadi orang yang terlalu sensitif, kita tidak tahu ada apa dibalik kebiasaan teman kita yang berubah atau serasa menjadikan kita musuh mereka. Seharusnya seorang teman bisa mengerti dan mencoba untuk melihat dari sudut pandang yang berbeda. Jangan terlalu terburu-buru untuk menilai apa yang terjadi pada diri mereka, karena KAMU TIDAK MERASAKANNYA!


Kembali ke pokok bahasan wilayah teman komunitas. Di komunitas ini saya terkadang memposisikan diri saya sebagai seorang pemerhati atau watcher. Menarik sekali rupanya. Saya bukan orang yang terlalu memperhatikan perbedaan gender, selama yang saya hadapi adalah seorang manusia, maka saya akan menghormatinya dan saya menulis ini berdasar apa yang saya liat di komunitas ini. Di komunitas ini ada para wanita-wanita hebat yang menjadi pilar-pilar komunitas. Mereka bahkan bisa saya katakan (meskipun hanya tersirat) membentuk sebuah sub komuniti sendiri. Saya berteman dengan mereka, karena selain 3 band saya kesemuanya mempunyai anggota yang merupakan bagian dari sub komuniti itu, saya juga tertarik dengan cara dan pola pikir mereka. Dari mereka yang berpikiran ingin meruntuhkan patriarki hingga mereka yang sekedar ingin meramaikan dunia permusikan saja, atau bahkan hanya numpang nampang saja. Namun yang saya sesalkan, banyak dari mereka yang berbeda di depadan belakangnya. Saya mengalami sendiri bahwa dua/beberapa orang wanita di depan saya mereka betul-betul seperti eternal friend, teman tak terpisahkan atau apalah namanya, namun di belakangnya mereka benar-benar saling hujat!! Ketika saya mengatakan saling hujat, mereka benar-benar saling hujat! Apakah ini dikarenakan wanita bersikap lebih sopan daripada pria?? Uhm, engga juga. Karena saya juga mengamati dari komunitas pria dimana didalamnya “agak” berbeda. Perbedaan yang mendasari adalah. Di komunitas pria hawanya lebih terbuka. Contohnya adalah dua orang teman saya yang mempunyai sebuah perbedaan definisi akan suatu ideologi, mereka berdebat hingga hampir berkelahi, mereka bermusuhan sampai satu bulan dan mereka akhirnya mempunyai rasa puas sendiri-sendiri, dan mereka pun kembali baik-baik saja. Saya juga pernah berdebat tentang konsep Tuhan dengan seorang atheis, namun pada akhirnya meskipun kita berbeda pandangan, kita tetap saling menghormati. Apakah di komunitas laki-laki tidak ada yang ngerasani di belakang? Ada, tetap ada, namun pada suatu titik tertentu yang tidak terlalu lama waktunya akan diungkapkan langsung kepada orangnya, tidak seperti komunitas wanita yang terkadang terlalu lama memendam di belakang.

Kesit dan Garna (AK 47) adalah contoh nyata pertemanan yang saya lihat. Seperti yang diungkapkan Kesit pada diskusi zine beberapa waktu lalu, “Saya harus selalu mempunyai opini yang berbeda dengan Garna, karena justru melalui perbedaan itu pertemanan kami akan menjadi dinamis dan tidak monoton”, seperti itulah garis besar kata-kata yang diungkapkan oleh Kesit.

Namun pada intinya komunitas ini sangatlah menyenangkan. Setiap orang diterima sebagai individu-individu baru yang bebas. Mereka tidak akan pernah mempermasalahkan latar belakang kalian, berasal dari manakah kalian, atau dari strata sosial yang mana kalian. Mereka hanya ingin berkawan tanpa terlalu memperhatikan asal usul kalian, meskipun itu juga kadang merugikan seperti ketika teman-teman komunitas menanyakan Ayah saya, padahal Ayah saya sudah meninggal, hahahaha. Tapi intinya komunitas ini akan selalu penuh dengan dinamisasi kehidupan sebelum orang seperti saya harus berhadapan dengan komunitas kerja yang jauuuuuhhhhhh lebih hipokrit.

Saya hanya menuliskan apa yang saya lihat, betapa tidak nyamannya kamu ketika kamu tau dua orang didepan mata kita saling bermusuhan tapi berpura-pura menjadi dua orang teman yang sangat cocok. Meskipun terkadang kebenaran itu pahit, sampaikanlah. Ini adalah tulisan subjektif saya yang didasarkan atas apa yang saya lihat. Saya sangat menerima pendapat kawan-kawan. Dan saya minta maaf kepada Mas Garna dan Mas Kesit atas pemakaian namanya pada tulisan saya ini. Saya juga minta maaf jika dalam tulisan saya terdapat kesalah pahaman, mohon diingatkan.Terimakasih.

Sabtu, 04 Juli 2009

sebuah hamparan umpatan untuk para bebal tua nan menawan diatas kuburan

hari ini panas terik sampai melepuh jempol-jempol plastik berbau tanah merah dari kuburan impian mereka yang terlalu memaksa untuk selalu berusaha bahwa hari ini akan lebih buruk dari hari esok.
iring-iringan protokoler membikin roda terhenti dan bau gosong dari rem truk-truk pembawa sembako yang sopirnya baru saja keluar dari bui gara-gara menabrak seorang polisi bergaji rendah yang sedang punlang kerja menanti bertemu anak istrinya yang sedang termangu meratapi pikirannya sendiri yang berpikir bahwa suaminya akan mendapatkan penghasilan tambahan hari ini karena menilang atau menjadi pengawal para tokoh - tokoh negeri.

dan rima ini masih berurutan tanpa jeda dan teks sebelumnya...

Sudah sampai di alun-alun tempat dimana seharusnya leher mereka digantung dihadapan kita semua yang selalu enggan memilih karena mereka selalu seperti itu, seperti ini, itu, ini, itu dan ini.
Teriakkan basi berbau dan berlendir kebodohan yang diterpa oleh angin kesejukan bernama kepenurutan dan kata-kata kosong sekosong ruang hampa maya yang akan selalu kosong walau telah kau isi ideologi-ideologi parau para pengharap suaka yang berlari dari gempuran ideologinya yang merxis ke arah politik praksis seperti halnya Budiman Sujatmiko dari padang barzah yang kelimpungan mencari kaca matanya yang hilang!

Dan rima ini aku akhiri disini seperti kehidupan yang akan berakhir suatu saat dan para atheis tetap tidak percaya akan Tuhan..
oooohhh, rentetan keyboard qwerty yang malang..

Rabu, 04 Maret 2009

melawan dengan cara kita sendiri

Ketika teman saya berkoar tentang sebuah pemahaman yang dia pahami tentang bagaimana sebuah pola hidup tatanan masyarakat yang akan menjadi surga bagi semua umat manusia melalui jalan-jalan yang ditetapkan dan perjuangan-perjuangan heroik yang dia sembunyikan dibalik topeng dan masker demonya, dan juga tentang bagaimana bercocok tanam sendiri, menghidupi diri tanpa asupan-asupan dari produk-produk negara kapitalis ataupun negara adidaya. Saya sangat senang sekali mendengar dia berbicara seperti itu, andaikan saya bisa melakukan hal yang dia katakan.
Tetapi, perjuangan yang dia lakukan untuk melawan (apa yang disebutnya) sistem dan pola kehidupan belum tentu dapat dipraktekan oleh orang lain pada umumnya. Contohnya saya, saya belum bisa menjadi seorang yang bercocok tanam untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saya, saya belum bisa untuk tidak berkunjung ke dalam mall, dan saya belum bisa untuk sepenuhnya lepas dari genggaman produk-produk negara kapitalis meskipun saya telah mengurangi konsumsi beberapa produk dari negara adidaya tersebut.
Perjuangan yang kawan-kawan selama ini lakukan terkadang tidak akan bisa dilakukan oleh orang lain, disinilah teori relativitas sosial berlaku. Sudut pandang tiap orang dalam memandang suatu masalah pun akan terlihat amat berbeda, baik cara pandangnya ataupun tingkat pemecahan permasalahannya. Sebagai contoh, mungkin untuk beberapa teman, dengan hanya tidak mengkonsumsi Coca-Cola atau Mc D adalah sebuah tindakan yang revolusioner dan merupakan sebuah upaya yang besar dari dalam diri untuk melawan kapitalisme, tapi menurut beberapa teman-teman yang lain hal itu belumlah cukup jika belum diimbangi dari pola pikir dan tindakannya yang harus selalu kontra produk ataupun pola pikir kapitalis. Menurut beberapa teman, band yang “DIY” adalah band yang tidak pernah manggung di acara sponsor, baik itu sponsor besar atau kecil, sedangkan mungkin bagi band teman yang lain, manggung di tempat bersponsor tidaklah masalah tetapi bandnya selalu membagikan secara gratis album-album mereka...
Yup, inilah kenyataan yang harus dihadapi dengan rasa hormat atas pemikiran dan tindakan yang berbeda dari tiap individu yang ada baik di komunitas ataupun di luar komunitas. Rasa saling menghargai sangat butuh untuk diterapkan di sini. Seseorang yang terlalu merasa bahwa cara dan tindakannyalah yang paling benar hanya akan menimbulkan perpecahan.
Ketika komunitas ini berubah menjadi satu sudut pandang saja, maka komunitas ini tidak akan berbeda dari Akademi Militer yang mewajibkan seluruh anggotanya untuk memandang hal dari satu sudut hukum yang mereka nyatakan “benar”! Begitu juga dengan tulisan saya, mungkin beberapa dari kawan-kawan akan sangat beseberangan dengan saya, tetapi itulah hal yang didapatkan disini, membuka ruang untuk bertemu, berdiskusi dan menambah teman baru lagi.
Jadi, lawanlah dengan caramu sendiri, manfaatkan apa yang kamu punyai dan apa yang kamu mampu dengan pola pikirmu sendiri. Lemparkanlah pasir jika kau genggam pasir, hunuskanlah pedang jika kau menggenggam pedang.